Minggu, 28 Februari 2010

Allah tidak pernah telat memberi.....


DAPAT ISTRI GARA-GARA KELAPARAN

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ( Al-Baqoroh : 155 )

Suatu hari Syeikh Ibrahim al Hilaly al Halaby seorang ulama besar dan memiliki pribadi shalih pergi ke Masjid al Azhar untuk belajar. Selama masa belajar itu, ia kehabisan bekal, tak ada yang bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Sudah beberapa hari ia tak menemukan sesuatu untuk dimakan. Ia sangat lapar. Berharap menemukan sesuap makanan, ia keluar dari asramanya yang terdapat di dalam masjid dengan langkah gontai, di tengah perjalanan ia menemukan sebuah rumah dengan pintu tidak tertutup, semerbak hidangan lezat keluar dari celah kedua daun pintu itu.

Ia memasukinya, menuju ke dapur. Tak ada seorang pun di tempat itu. Ia ambil sendok dan menusukkannya ke sebuah hidangan. Ketika ia hendak menyuapkan ke mulutnya, jiwanya seketika menarik nafsu kotornya itu, menghalang-halanginya. “Tinggalkan, kamu belum dapat izin untuk memakannya”. Iapun keluar lagi meninggalkan rumah itu dengan rasa lapar yang makin tak tertahan menuju kamarnya lagi.

Namun belum ada satu jam, tiba-tiba gurunya dengan membawa seorang tamu masuk ke kamarnya. Gurunya berkata, “Anak ini sangat bagus, ia datang kepadaku untuk menuntut ilmu agama”. Ternyata sang guru tengah memilihkan calon suami untuk anak perempuan tamunya itu. “Aku memilihmu untuknya. Berdirilah, mari kita langsungkan akad nikah. Setelah itu kau resmi menjadi keluarganya”, kata sang guru. Iapun menerima, sebagai rasa patuh kepada sang guru, lalu pergi bersama mereka. Tak disangka, ternyata mereka membawanya ke rumah yang pintunya terbuka tadi, yang ia telah menusukkan sendok di salah satu hidangannya.

Ia duduk, dan proses akad antara dia dan wali perempuan dimulai. Setelah acara selesai, dilanjutkan acara makan-makan. Makan yang disuguhkan adalah hidangan yang ia incar namun tidak jadi tadi. Ia mencicipnya sedikit, sembari membatin, “Aku tak dapat memakannya tanpa izin Allah, kini dengan izin-Nya Dia memberikan makanan ini untukku. Bahkan sebagai orang yang dimuliakan, dihormati dan sebagai seorang suami”.

Tak cukup itu, ia pun mendapat seorang istri shalihah. Yang di kemudian hari menjadi ibu dari anak-anaknya yang shalih .

Maha Suci Allah, yang mencukupkan halal dari haram, yang memberikan pada setiap makhluk-Nya rizki, makan, minum, karena mereka harus makan, harus mencukupi kebutuhan.

Sahabat......Setiap kita pasti akan menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya. Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyia-nyikan sesuatu pun untuknya, bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang hilang darinya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, bahwasanya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw, 'Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,' kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.' Ummu Salamah berkata, 'Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, 'Siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah saw? Lalu aku mengucapkan perkataan diatas, kemudian Allah menggantikan untukku Rasulullah saw sebagai suami'."

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS.Al Thalaaq [65]: 2-3).

Jumat, 26 Februari 2010

TULUS WALAU KECIL


Seusai salam sholat jum'at di Masjid Jami' Bintaro, diminta kesediaan jama'ah untuk mensholatkan jenazah. Jenazah diminta dibawa masuk ke dalam masjid dan ditempatkan di depan. Ketika berdiri dan mencari shof lebih di depan yang telah ditinggalkan jama'ah yang tidak ikut sholat jenasah, badanku terasa bergetar, "Ya Allah, aku iri dengan jenasah ini. Engkau buat ia meninggal di hari Jum'at sehingga ia dapat disholatkan oleh jama'ah sebanyak ini", seruku dalam hati.

Nama jenasah ini Bapak Haji Ridwan, apa amal almarhum yang membuat ia dapat kemudahan seperti ini?

Wah, iri aku jadinya. Kita boleh iri terhadap 3 hal, pertama iri kepada orang berilmu yang mengamalkan dan mau membagi ilmunya, kedua orang kaya yang dermawan, dan ketiga pada orang miskin yang sabar dan mau berderma.

Entah amal apa yang membuat Pak Ridwan ini dapat keberuntungan seperti ini. Mungkin tidak amal besar yang dihandalkan Pak Ridwan, tapi mungkin amal kecil yang dikerjakan dengan tulus dan konsisten.

Aku jadi teringat, berapa hari yang lalu aku bertemu dua orang yang bertolak belakang persepsi dan kebiasaannya.

Pertama seorang bapak yang gaji perbulannya diatas dua puluh dua juta rupiah menjabat sebagai direksi di multinational corporate di Jakarta, dan satunya seorang bapak yang gajinya hanya lima ratus ribu yang menjadi guru madrasah ibtidayah di desa Bungah Gresik Jawa Timur.

Bapak Guru sudah naik haji, sedangkan Bapak Direksi belum naik haji.

"Bagaimana saya akan naik haji? Sekarang ini pengeluaran saya sangat banyak, dan ditambah lagi kesibukan saya saat ini", jelas Bapak Direksi. Jika mengetahui rincian pengeluarannya memang sangat luar biasa, contohnya biaya listrik rumahnya saja perbulan dua juta rupiah.
Sebaliknya Bapak Guru, "Saya naik haji karena menabung setiap bulannya dua ratus ribu rupiah".

Aku terperanjat mendengarnya karena tidak mungkin secara logika seseorang yang sudah berkeluarga dengan gaji lima ratus ribu rupiah bisa menabung dua ratus ribu rupiah.
"Saya seorang guru, terkadang orang tua murid membayar sekolah atau mengirimi kami bahan makanan atau makanan sudah jadi, hal itu sering terjadi sehingga kami bisa menghemat", urainya tentang bagaimana dia bisa menabung.

Tidak mungkin sesederhana itu Bapak Guru mendapatkannya, ”Tugas saya sederhana, memberikan yang terbaik dalam mendidik setiap murid saya".
Aku semakin paham perbedaan dua bapak di atas setelah semalam menonton acaranya Mario Teguh. Ada kutipan di layar TV yang tertulis "Jika orang mencari kebahagiaan, maka kebahagiaan ada di luar dirinya. Tapi jika orang mensyukuri kebahagiaan maka kebahagiaan itu sudah ada dalam dirinya".

Bapak Direksi melihat hidup adalah BEBAN sehingga ia BEKERJA KERAS terus untuk MENGATASInya.

Sedang Bapak Guru melihat hidup adalah WUJUD TANGGUNG JAWABnya sehingga ia berusaha MEMBERI yang TERBAIK, akibatnya dia memberi dengan TULUS dan MENIKMATI hidupnya.

Apa amal dan cara hidup Pak Ridwan mirip dengan Bapak Guru? Entahlah, tugasku sebagai sesama muslim mensholatkan, maka sesudah mensholatkan aku ikut mengangkat kerandanya ke mobil ambulan. Semoga Allah SWT menemukan kita di Jannatun Na’im. Amin.

Sahabat…………, Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya dengan ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dahulu ada seekor anjing yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni dosanya.” (HR Bukhari Muslim)

" Oleh karena itu ketulusan hati memang tidak dapat dilihat namun sangat bisa dirasakan. Smoga dengan ini kita smua bisa belajar menjadi orang yg tulus dalam melakukan segala hal walaupun dimulai dr hal2 yang kecil terlebih dahulu...Amien "

Selasa, 23 Februari 2010

LUPAKAN KEBAIKAN, MAAFKAN KESALAHAN


”Dua Hal Yang Harus Dilupakan Dalam Hidup Adalah Kebaikan Kita Kepada Orang Lain Dan Kesalahan Orang Lain Terhadap Kita”

Bila kita mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk berbuat baik LAKUKANLAH...
Karena banyak orang yang mempunyai kemampuan Tetapi tidak memiliki kesempatan.
Demikian juga banyak yang mempunyai kesempatan tetapi tidak punya kemampuan untuk melakukan kebaikan.

Dahulu disebuah perkampungan tinggal seorang nenek yang sudah sangat tua. Namun kondisi tubuhnya masih sangat sehat. Walaupun usianya sudah lanjut dirinya masih bisa mencari nafkah sendiri. Walaupun hidup sendiri, dirinya tidak pernah terlihat sedih. Setiap waktu bibirnya selalu mengembangkan senyum dan raut mukanya ceria.

Nenek ini tidak menjadi beban para tetangga, sebaliknya para tetangga menjadikan beliau sebagai tempat mencari jalan keluar untuk berbagai masalah, karena Sang nenek memang terkenal suka membantu terhadap sesama, beliau akan memberikan bantuan sebanyak yang ia bisa. Kalau memang harus memberikan bantuan berupa materi, ketika ia punya dirinya tak segan-segan memberikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya orang yang tidak mampu saja yang sering minta bantuan kepada Sang nenek, banyak juga orang kaya bahkan pejabat setempat mendatanginya untuk sekedar meminta nasehat. Masyarakat setempat sangat mengagumi dan menghormati Sang nenek mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua.

Suatu hari dirinya pun didatangi seorang pejabat desa setempat, pejabat ini terkenal sangat dermawan. Namun pejabat ini tetap merasakan pamornya kalah dengan Sang nenek. Ia merasakan apa yang dilakukan jauh melebihi sang nenek.
Ia selalu membantu rakyatnya yang kesusahan dan ia merasakan apa yang didapat tidak setimpal. Hatinya sangat gelisah dan pejabat ingin mencari tahu apa yang diperbuat nenek sehingga Sang nenek mendapatkan simpati yang melebihi dirinya.

”Nenek aku ingin tahu rahasia nenek sehingga nenek begitu dihormati disini ?” Tanya pejabat.
”Nenek tidak melakukan apa-apa” Jawab nenek dengan gaya khasnya yang selalu tersenyum tulus kepada siapa saja.
”Aku benar-benar ingin tahu nenek, Aku merasakan aku sudah berusaha yang terbaik untuk rakyatku tetapi mengapa aku masih tetap saja gelisah. Bukankah kata orang-orang bahwa yang selalu berbuat baik hidupnya akan tenang”
”Itu betul tuan pejabat” Nenek menjawab singkat.
”Kalau berbicara kebaikan aku yakin aku jauh lebih banyak berbuat baik dibandingkan nenek. Tapi bagiku bisa membantu orang merupakan satu karunia terbesar yang harus aku syukuri”
”Itu juga betul tuan pejabat”
”Aku bisa merasakan dan sangat yakin hidup nenek jauh lebih tentram dan bahagia dari aku” Tuan pejabat makin gelisah.
”Lagi-lagi tuan pejabat betul” Sang nenek memberikan jawaban yang sama dan pembawaannya juga tetap tenang.
”Mengapa bisa demikian?” Airmuka pejabat mulai berubah. Wibawa Sang pejabat hampir tidak terlihat dan berganti sosok yang memelas yang lagi membutuhkan pertolongan.
”Apakah tuan pejabat benar-benar ingin tahu penyebab kegalauan tuan?” Sang nenek pun melontarkan pertanyaan.
”Iya nek” Balas tuan pejabat.

Sesungguhnya nenekpun belum tahu apa penyebabnya, yang bisa nenek lakukan adalah mencari akar permasalahan yang menyebabkan tuan gelisah” Kali ini nenek berbicara dengan nada yang sangat berwibawa. Dan kewibawaannya semakin membuat si pejabat ciut.
”Baiklah, nenek ingin tanya hari ini tuan sudah berbuat kebaikan apa saja dan kejahatan atau kesalahan orang lain apa yang diterima tuan ?” Nenek menatap dalam-dalam sedangkan tuan pejabat tidak berani membalas tatapan Sang nenek. Ia tertunduk sedih.
”Hari ini aku telah membantu sebuah keluarga yang kelaparan. Aku terharu melihat mereka menitik air mata saat menerima bantuan dariku, tapi yang membuatku kesal saat aku menuju kesini ditengah jalan aku bertemu seorang yang terpeleset dijalan, aku menolongnya, dia bukannya berterimakasih malah memaki-maki aku dengan kata yang kasar katanya aku jadi pejabat tidak becus. Masa, jalan lagi rusak tidak diperbaiki. Padahal kondisi jalan sama sekali tidak rusak. Aku benar-benar tidak bisa diterima, air susu dibalas dengan air tuba” Jelas pejabat panjang lebar.
”Lupakan itu semua maka hidup tuan akan tenang”
”Maksud nenek?” Tuan pejabat makin bingung.
”Lupakan kebaikan kita kepada orang lain dan juga lupakan kesalahan orang lain terhadap kita”

Akhirnya tuan pejabatpun paham apa yang membuat dirinya tidak tenang dan mengapa hidup Sang nenek begitu dihormati. Tuan pejabat pun berpamitan pulang dan ia telah menemukan kunci hidup tentram. Setelah itu, wajah tuan pejabat pun selalu terlihat ceria dan mengembangkan senyum. Dirinya pun tidak mengingat kebaikannya dan kesalahan orang lain.

Berbuat baik itu mulia, mampu memaafkan jauh lebih mulia

”Kebaikan Akan Kehilangan Nilai Luhurnya Jika Mengharapkan Pamrih, Dan Kesalahan Orang Lain Pun Akan Membawa Berkah Jika Kita Bisa Memaafkan”

Sahabat.......,
Menolong orang lain atau berbuat kebaikan harus dari hati. Dan juga harus dengan niat benar-benar ingin berbuat baik tanpa mengharapkan balasan atau pamrih, karena apabila kita berbuat mengharapkan puji-puji dari orang lain maka nilai kebaikan yang kita perbuat akan kehilangan keluhurannya. Bahkan lebih dari itu apabila satu harapan untuk mendapatkan balasan tidak terpenuhi akan menyebabkan hati kita tidak bisa terima dan merasa apa yang kita lakukan hanyalah sia-sia.

Demikian juga dengan kesalahan orang lain kita harus bisa memaafkan dan melupakan. Karena jika tidak, kesalahan orang lain akan menjadi momok dalam batin yang akhirnya akan melahirkan dendam, dendam akan terus menghasut hati dan pikiran kita untuk melakukan satu pembalasan. Hal ini sangat tidak menguntungkan buat kita, banyak energi yang terbuat sia-sia untuk memikirkan cara membalas kejahatan dengan kejahatan, meskipun kejahatan sudah terbalaskan dengan beribu-ribu lipat kejahatan tetap saja tidak akan membuat sanubari kita menjadi tenang.

Mengingat kebaikan kita dan kesalahan orang lain bukan tidak mungkin akan menimbulkan satu penyakit jiwa dan fisik, memikirkan kebaikan kita tidak di hargai dan pelecehan orang lain akan menyebabkan kita susah tidur dan tidak ada nafsu makan, bukankah akan merusak lahiriah dan batiniah?.

Melupakan kebaikan kita membuat kita tidak berharap lebih dan melupakan kesalahan orang lain akan membunuh akar dendam yang otomatis membuat kita hidup tenang.

Seperti kisah diatas, penyebab kegelisahan tuan pejabat tidak berasal dari mana-mana tetapi dari hatinya sendiri. Dan ketentraman Sang nenek pun berasal dari hati dan pikirannya sendiri, tidak ada niat untuk menjadi orang yang mulia yang juga membuat dirinya menjadi mulia.

Berbuat baik terhadap sesama adalah kewajiban yang tidak perlu ada hitung-hitungan. Dan bersyukurlah kita yang diberi kesempatan untuk berbuat baik. Lihatlah berapa banyak orang yang ingin berbuat baik tetapi tidak mempunyai kesempatan. Mereka yang terbaring tidak berdaya, mereka yang tidak punya apa-apa saat melihat pengemis datang kepadanya, hanya ada niat tetapi tidak mempunyai kemampuan. Namun itu masih lebih baik dari pada mereka yang bisa menolong tetapi enggan melakukannya. Menolong orang lain atau berbuat baik pun tidak selalu dengan materi, kita bisa membantu dengan tenaga, pikiran bahkan hanya dengan menjadi pendengar yang baik yang sedikit berbicara ketika orang lain menceritakan beban hidupnya.

Dan di Dunia ini pun tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah. Jika kita tidak bisa melupakan kesalahan orang lain terhadap kita, sepanjang hidup berapa banyak orang yang pernah berbuat salah kepada kita. Jika dibiarkan bukankah dendam akan menumpuk dihati kita yang akan merusak diri kita sendiri.

Sahabat.......,
Berbuat baik sekecil apapun lalu lupakan. Dan sebesar apapun kesalahan orang lain kitapun tidak perlu mengingatnya.

Sebelum kita menghitung kebaikan yang telah dilakukan sebaiknya terlebih dahulu kita harus menghitung kesalahan yang pernah diperbuat.

Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)

Allah berfirman dalam Hadits Qudsi yang artinya : " Nabi Musa a.s telah bertanya kepada Allah : " Ya Rabbi ! siapakah diantara hamba-MU yang lebih mulia menurut pandangan-Mu ?" Allah berfirman :" Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan." (Kharaithi dari Abu Hurairah r.a)

Dalam Perang Uhud Rasulullah mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. berkatalah salah seorang sahabatnya :" Cobalah tuan doakan agar mereka celaka." Rasulullah menjawab :"Aku sekali kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan Penebar Kasih Sayang. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang Maha Mulia dan berdoa " Ya Allah ampunikah kaumku , karena mereka tidak mengetahui ."

" Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni। apakah kalian tidak suka Allah mengampuni kalian ? " (QS. An-Nuur ; 22)

Selagi masih ada hayat dikandung badan marilah kita berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya serta belajar menjadi seorang pemaaf.

Senin, 22 Februari 2010

SENYUM ITU SEDEKAH


Senyum adalah sedekah, semua orang bisa tersenyum tapi tidak semua senyum bisa disebut sedekah karena ada senyum yang menggoda, ada senyum ejekan bahkan senyum berarti dendampun kerap terjadi, Namun ternyata tidak semua orang mampu bersedekah dengan senyum, inilah kisah sebagai pelajaran yang mudah tentang Senyum Juga Sebagai Sedekah.

Apa yang menyebabkan kita menyapa atau tidak menyapa, saat bertemu seseorang ? Kebanyakan kita menyapa karena kita mengenal atau minimal mengetahui seseorang itu. Bisa juga karena kita menyukai atau menghormati orang tersebut, karena memang kebiasaan, atau punya keperluan. Mungkin juga sekedar basa basi. Apapun itu, saya belajar banyak soal ini dari seorang anak kecil yang berbeda umur 26 th dari saya.

Setiap hari saat berjalan kaki menuju sekolahnya yang tak begitu jauh dari rumah, Faiz akan melewati deretan panjang rumah yang ada disekitar kami. Empat tahun yang lalu, ketika Faiz masih TK, saya takjub bagaimana cara ia menyapa…

Semua tetangga yang kebetulan dilewati atau ditemuinya di jalan, tak akan luput dari teguran ramah disertai senyum lebar faiz.

“Selamat pagi, pak, selamat pagi bu….”

“Assalamu’alaikum…”

“mari oma, mari opa….”

“dari mana Tante…?”

“Wah hari ini kakak berseri sekali”

“Mau kuliah bang?”

“eh ketemu adik cakep.. Mau kemana pagi-pagi sudah rapi?” Dan seterusnya…..

Saat ia duduk di kelas II SD, saya pernah bertanya pada Faiz, “Mas Faiz, apa kamu tak lelah menyapa begitu banyak orang setiap pagi?”

“Faiz tertawa. “ Tidaklah, Bunda. Aku senang karena senyum dan sapaku mungkin bukan mengawali pagiku saja. Tapi mengawali pagi orang lain. Lagipula senyum itukan sedekah, Bunda.” Saya nyengir. Pernyataan yang unik dari anak yang waktu itu belum berumur delapan tahun.

“Subhanallah. Kalau dihitung dengan uang, sedekahmu mungkin sudah milyaran”, ujar saya sambil mencium pipi Faiz yang memerah.

Setiap kali hadir pada arisan yang diadakan ibu-ibu sekitar rumah, mereka kerap membicarakan Faiz.
“Waduh, Faiz itu ramah sekali ya, Bu. Kalau bertemu saya, dia selalu menegur lebih dulu, senyumnya manis sekali.”

“kok bisa seperti itu sih bu? Bagaimana mendidiknya?” tanya salah satu peserta arisan kepada Bunda Faiz. Bunda Faiz hanya tersenyum. Bagaimana saya harus mengatakannya, ya? Sesungguhnya saya tak pernah mendidik Faiz secara khusus untuk menyapa dan tersenyum. Sayalah yang banyak belajar dari Faiz.

Terbayang lagi oleh Bundanya berbagai peristiwa yang terjadi sejak Faiz mulai duduk di bangku SD. Ketika ia ada di teras rumah, semua pengemis yang lewat selalu dipanggilnya, diajak makan dan minum. “pak kemari mampir dulu, hari ini di Bundaku masak sop dan perkedel.” Atau “Bapak mau bawa kopi untuk di jalan biar tidak mengantuk “?. Atau “mau teh manis dingin?” dan seringkali ia berlari ke kamar, mengambil celengan dan mengeluarkan lembaran kertas dari sana untuk diberikan pada mereka.

Belum lagi, semua tukang jualan, tukang sol sepatu, yang lewat pun disuruh mampir. Ada saja yang ditawarkannya.”Istirahat dulu di sini, Pak. Kan capek.hari ini panas sekali. Sini makan kue dan minum dulu. Atau mau makan nasi?” Selain itu ia pun akan bisik-bisik pada anggota keluarga lainnya untuk membeli sesuatu dari tukang jualan itu, meski kami tak terlalu membutuhkannya. “apa salahnya sih menolong orang?” ujarnya.

Maka di rumah mungil yang kami tempati, tak pernah ada hari dimana kami memasak sekedar pas untuk keluarga. Selalu ada tamu-tamu istimewa yang entah siapa. Karena Faiz mengundang mereka secara tak terduga.

“Ikhlas yaaa Bunda…..,” katanya sambil tersenyum manis.Tak ada kata lagi yang bisa Bunda Faiz ucapkan, meski dengan terbata Bunda Faiz hanya mampu memeluk Faiz kuat-kuat dengan senyum bahagia.

Sahabat....., kalau senyum kita saja bernilai sedekah, apalagi kalau kita mampu membuat banyak orang तेर्सेंयुम.

Minggu, 21 Februari 2010

Mau Bahagia ? Syukuri Hidup ini



“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir ( Q.S. Al-Ma’arij : 19-21 )

Kekayaan memang bisa membeli kesenangan dunia namun ia tidak bisa membeli kebahagiaan.

Ada sepasang suami istri setiap hari kemana-mana selalu dengan mobil mewah. Mereka adalah pasangan yang begitu sibuk dengan berbagai aktivitas. Maklum sang suami adalah seorang pengusaha sukses dan istri adalah wanita karir. Dan anak merekapun disekolahkan di tempat yang terbaik dengan segala fasilitas yang serba mewah. Tentunya si anak juga disediakan sopir yang mengantarnya kemana ia pergi.
Mereka terkenal di sekitar tempat tinggal mereka dan hampir semua orang mengenalnya termasuk mengenal baik semua kendaraan yang mereka pakai. Mereka memang tidak tinggal dilingkungan khusus orang kaya. Para tetangga masih banyak hidup sederhana. Tidak masalah mereka tetap dapat hidup rukun berdampingan. Dan masing-masing mempunyai kehidupan sendiri.

Seperti biasanya mereka berangkat pagi dan baru pulang menjelang malam dan itu berlangsung entah sudah berapa lama.
”Pak, lihat betapa bahagianya mereka. Jam segini mereka sudah bercengkrama dengan keluarga sedangkan kita masih dibuk dengan segudang pekerjaan” Ucap istri ketika melintasi sebuah keluarga sederhana yang sedang berbincang-bincang diteras rumah.
”Iya...ya...ma. kapan yach kita bisa seperti mereka yang setiap saat bisa menikmati waktu santai dengan keluarga” Dan suaminya pun mengiyakan sambil menarik nafas dalam-dalam. Begitu terasa ada beban yang begitu berat menghimpit dada mereka.
”Kadang-kadang mama rasanya ingin meninggalkan semua ini dan hidup bahagia seperti mereka”

Sedangkan dari teras rumah yang dimaksud juga merasakan hal yang sama
”Pak, kapan yach kita bisa seperti mereka. Kemana-mana selalu naik mobil mewah. Ibu yakin hidup mereka pasti sangat bahagia” Ucap istri Sang peimilik rumah sederhana sambil menunjuk mobil yang baru melintasi depan rumahnya.
”Bapak bisa merasakan hal yang sama, kapan kita menjadi orang kaya, bapak selalu ingin berkerja keras tapi tidak ada yang harus dikerjakan” Pandangannya menerawang jauh kedalam.

Dilain waktu anak orang kaya itu tidak kalah gelisahnya ketika menyaksikan anak-anak sebayanya diantar jemput sama orang tua mereka kesekolah, tidak seperti dirinya yang selalu diantar jemput sama sopir.

”Alangkah bahagianya mereka, kemana-mana selalu dengan orang tua sedangkan orang tuaku tidak pernah melakukannya. Mereka terlalu sibuk dengan bisnis mereka. Aku iri dengan mereka” Anak itu mengeluh dan menitikkan air mata.

”Aku ingin seperti anak yang ada di mobil itu. Kemana-mana ada yang antar kalau hujan tidak kehujanan dan kalau panas tidak kepanasan dan tidak perlu capek berjalan kaki berkilo-kilo meter” Anak lain yang sedang berjalan kaki menyampaikan isi hatinya kepada orang tuanya yang ada di sampingnya.

Sahabat.......,
Cerita diatas menggambarkan bahwa manusia selalu melihat orang lebih baik darinya. Dan kita juga sering mendengar bahwa”Manusia memang tidak pernah ada puasnya” Omongan ini benar bagi orang-orang yang memang dikendalikan oleh hawa nafsu, karena kalau kita mau mengikuti nafsu maka tidak akan pernah habis. Sebelum kaya ingin menjadi kaya setelah kaya ingin menjadi lebih kaya lagi. Dan saat merasa dirinya benar-benar kewalahan mempertahankan segala efek yang ditimbulkan oleh kekayaannya dirinya merasa lelah, merasa tidak ada waktu lagi untuk berkumpul dengan keluarga. Contoh lainnya sebelum menjadi orang terkenal ingin menjadi orang yang terkenal begitu terkenal, dirinya mengeluh lagi, merasakan ruang geraknya menjadi terbatas dan tidak ada privaci lagi.

Saat menjadi pengangguran hidup begitu stress, ketika mendapatkan pekerjaan, mengeluh lagi merasakan tidak ada waktu bersantai. Demikian juga pada seorang bintang sinetron saat belum mendapatkan peran, cari kemana-mana. Begitu mendapatkannya setiap hari harus suting sampai larut malam, ia marah-marah karena tidak ada waktu untuk istirahat.

Pengangguran ingin menjadi karyawan, karyawan ingin menjadi bos sedangkan bos selalu stress merasakan beban yang dipikul terlalu berat dan merasakan dirinya selalu bekerja keras tidak seperti lainnya ada begitu banyak waktu tersisa untuk keluarga.

Hidup Bahagia Tentu Ada Kuncinya !
Salah satunya yaitu kita HARUS BERSYUKUR dan tidak membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, setiap manusia pasti mempunyai masalah dan beban masing-masing yang tidak diketahui oleh orang lain. Orang hanya bisa melihat sisi luarnya saja dalam hati siapa yang tahu.

Kita melihat orang lain baik, orang lain melihat hidup kita enak. Kita ingin menjadi seperti mereka demikian juga sebaliknya, ketahuilah kita tidak bisa menjadi orang lain. Dan sekali lagi itu adalah perbuatan setan yang bernama nafsu.

Namun manusia bersyukur bukanlah manusia yang pasrah kepada keadaan. Manusia yang bersyukur adalah manusia yang selalu lapang dada menerima hasil dari usahanya yang optimal. Sedangkan manusia yang putus asa adalah manusia yang menerima nasibnya tanpa ada usaha.

Apapun dan berapapun yang didapatkan dari hasil usahanya bagi manusia yang bersyukur selalu berkecukupan. Karena Manusia yang selalu bersyukur tahu berapapun yang di dapatkan dalam dunia ini tidak akan perna cukup. Kalau sudah seperti itu kenapa kita harus memaksakan diri untuk mengejar sesuatu yang memang tidak pernah cukup ?

Sesungguhnya kebutuhan hidup kita tidaklah banyak hanya terkadang nafsulah yang membuat kita tidak pernah merasakan berkecukupan, maka dari itu orang –orang yang hidup bahagia adalah mereka yang bisa menyederhanakan kebutuhannya.

Tak seorangpun yang bisa memenuhi keinginannya dengan sempurna, kalau kita tidak mampu mengendalikan nafsu, maka selamanya kita akan menjadi orang yang selalu kekurangan. Jangan pernah merasa tidak puas dengan apa yang telah kita peroleh.

Sekecil apapun hasil yang kita dapatkan harus kita syukuri. Sifat tidak puas adalah cermin sikap orang yang tamak, yang selamanya akan hidup sengsara sedangkan orang yang selalu bersyukur akan mendapatkan kebahagiaan.

Suatu hari ada orang miskin yang datang menghadap kepada Nabi Musa Alaihissalam pakaiannya lusuh dan badannya kurus tak terawat. Berkatalah orang miskin itu kepada Nabi Musa, 'Ya Nabi, tolong sampaikan kepada Alloh SWT, mohonkan aku, agar aku menjadi orang kaya.
"Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Alloh SWT," jawab Nabi Musa sambil tersenyum padanya. Orang miskin itu terkejut mendengar jawaban Nabi Musa, dengan nada marah dia mengatakan, "Bagaimana aku bersyukur, makan aja susah, apa lagi pakaian cuman satu sudah begitu compang camping lagi." Kemudian dia ngeloyor pergi meninggalkan Nabi Musa.
Tak lama kemudian datang orang kaya menghadap Nabi Musa, "Ya Nabi, tolong sampaikan kepada Alloh SWTmohonkan aku, agar aku menjadi orang miskin aja karena harta yang banyak membuat hidupku tidak nyaman."
"Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Alloh SWT," jawab Nabi Musa sambil tersenyum padanya. Orang kaya itu terkejut mendengarkan jawaban Nabi Musa, tanpa berkata apapun dia akhirnya pulang ke rumah. Beberapa hari kemudian orang kaya itu bertambah kaya karena sejak itu selalu bersyukur dan orang miskin semakin miskin karena enggan bersyukur atas semua karunia Alloh SWT.
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.Ibrahim : 7)