Minggu, 13 Juni 2010

HIDUPLAH APA ADANYA


” Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya ”. ( Q.S. Al-Isra’ : 27 )



“Kebahagiaan Tidak Terletak Pada Hidup Yang Berlebihan Tetapi Ada Pada Hidup Yang Berkecukupan”.

”Hidup apa adanya berarti kita telah mampu menjauhkan diri dari sifat dengki”


Pada zaman dahulu ada seorang yang kaya raya, namun sayang ia sangat sombong dan tidak peduli terhadap sesama, dirinya selalu dilayani oleh para pelayan dan orangnya pun sangat kasar terhadap siapa saja. Ia hidup dalam kemewahan tanpa peduli kepada orang miskin.

Pada satu hari datang seorang pengemis yang kelaparan ingin meminta makanan kepadanya tetapi dia malah memaki-maki pengemis tersebut. Padahal setiap hari ia selalu membuang sisa makanan diselokan belakang rumahnya.

”Tuan kasihani hamba. Hamba dari kemarin belum makan. Tolong berikan sisa-sisa makanan Tuan kepada hamba” Si pengemis itu memohon dengan suara yang memelas.
”Hei... manusia tidak berguna. Aku tidak sudi memberi makanan untukmu, lebih baik aku buang dari pada dikasihkan kepada kamu” Bentak orang kaya itu dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dirinya tidak mau membagi sedikitpun makanan yang dia punya. Padahal setiap kali dia makan, lauk yang tersaji dimeja makan sangat banyak dan tak sekalipun ia menghabiskannya, dan dia pun tidak pernah mau makan sisa nasi sebelumnya. Begitu jam makan tiba semua yang tersedia diatas meja harus diganti dengan yang baru.

”Ingatlah Tuan, Roda kehidupan selalu berputar tak selamanya hidup tuan diatas” Si pengemis pun dengan langkah yang gontai sambil berlinangan air mata meninggalkan rumah mewah itu.

Hari-hari berikutnya, kehidupan orang kaya itu masih tetap sama. Hatinya tidak pernah terketuk oleh rasa kemanusiaan, yang dia tahu bahwa semua yang dia miliki hanya bisa dinikmati oleh dirinya sendiri.

Sampailah pada satu waktu, tempat ia tinggal mengalami goncangan gempa yang hebat, seluruh penduduk pun segera meninggalkan rumah untuk menghindari tertimpanya robohan bangunan. Demikian juga dengan para pelayannya masing-masing berusaha menyelamatkan diri tanpa peduli kepadanya. Tapi orang kaya ini selamat juga berkat jerih payahnya, namun segala kekayaannya musnah ditelan bumi. Dan hanya sekejap dia pun menjelma menjadi orang miskin.

Sehari, dua hari dirinya masih bertahan tetapi begitu masuk hari ketiga ia pun tidak mampu melawan rasa lapar. Kepalanya pun mulai berkunang-kunang dan badanpun mulai terasa sakit. Maklumlah dirinya yang selama ini hidup laksana tinggal diistanan, tiba-tiba harus menjadi gelandangan tentu tidak gampang untuk menyesuaikan diri, sudah tidak ada lagi keangkuhan yang terpancar dari pandangan mata yang penuh kebencian setiap kali dirinya didatangi para pengemis yang minta belas kasihannya.

Ia pun sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan saat itu pula, Ia melihat ada segerombolan pengemis yang sedang meminta-minta dirinya pun memutuskan untuk bergabung. Akan tetapi keberadaannya tidak diterima, para pengemis yang pernah disakitpun ingin membalas semua yang pernah mereka terima. Ia dihajar habis-habisan dan diludahi oleh para pengemis itu.
”Ini kan orang kaya yang sombong itu” Ucap para pengemis.

Dirinya makin tidak berdaya dan meratapi nasib yang menimpa dirinya, sambil menahan rasa lapar dan sakit disekujur tubuh ia duduk dipinggir jalan. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia pun akan mengalami kesusahan. Tidak lama kemudian pandangannya pun menjadi gelap dan detik berikutnya dia pun tidak sadarkan diri. Dan begitu tersadar ia mendapatkan dirinya sudah ada disebuah gudang tua yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bekas gudang makanan pun tidak luput dair goncangan gempa. Namun tidak separah rumahnya yang rata dengan tanah, Ia masih merasakan lapar yang luar biasa.

Tiba-tiba dari balik pintu muncul seorang yang ia kenal membawa semangkuk nasi.
”Makanlah. Tampaknya tuan sudah beberapa hari tidak makan”
”Te...terima kasih” Ucapnya dengan nada terbata-bata dan sedikit ragu untuk menerima semangkuk nasi yang disodorkan kepadanya.
”Tuan tidak usah berterima kasih. Apa yang tuan makan sekarang sesungguhnya makanan Tuan sendiri”
”Maksudnya?” Ia bertanya kebingungan.
”Nasi ini, saya dapatkan dari selokan belakang rumah Tuan, setiap hari saya pergi keselokan belakang rumah Tuan dan mengambil sisa-sisa makanan yang Tuan buang, kemudian saya cuci bersih lalu saya jemur. Dan disaat ini semua hampir kekurangan makanan, saya tidak mengalami dan masih berbagi kepada orang lain”

Dan orang itu ternyata adalah seorang pengemis tua yang pernah beberapa tahun yang lalu saat mengemis didepan rumahnya, kemudian orang kaya yang sudah tidak punya apa-apa itu pun meminta maaf kepada pengemis tersebut dan menyesali semua sikapnya terdahulu.

”Orang Yang Menghambur-hamburkan Apa Yang Dia Miliki Sesungguhnya Ia Adalah Manusia Yang Tidak Mensyukuri Karunia Yang Diberikan Kepadanya”

Sahabat, Memang benar bahwa roda kehidupan selalu berputar. Tidak selamanya kita selalu ada diatas. Untuk itu saat kita diatas ingatlah bahwa mungkin satu saat kita akan dibawah. Dengan demikian kita tidak akan menjadi lupa diri.

Apapun yang kita miliki dan seberapapun banyaknya hiduplah sewajarnya, Jangan menghambur-hamburkan sesuatu yang kita miliki, tidak hidup dalam mubazir dan pemborosan. Persiapkan diri untuk menghadapi disaat giliran kita dibawah agar kita tidak kekurangan apapun, memanjakan diri atau menyenangkan diri tentu tidak ada salahnya selama itu masih didalam batas kewajaran.

Dan tidak ada salahnya apa yang kita punya kita bagi dengan orang lain.
DALAM HIDUP TIDAK ADA ORANG YANG MENJADI MISKIN GARA-GARA KITA MEMBANTU ORANG LAIN. Kita Tidak Pernah Tahu Apa Yang Terjadi Besok, Hari Ini Kita Membantu Orang Bukan Tidak Mungkin Besok Justru Kita Dibantu, Seperti Kata Pepatah ”BUNGA PUN TIDAK MEKAR SEPANJANG TAHUN ”


Dengan segala apa yang kita miliki, kita tidak perlu menjadi manusia yang angkuh, menyakiti orang lain dengan segala kemewahan yang kita miliki, jangan menari diatas penderitaan orang lain, serta kita juga tidak perlu menciptakan status sosial yang menimbulkan kecemburuan sosial

Sahabat, alangkah lebih baiknya saat hati senang kita ingat diwaktu susah. Ketika kita bisa melahap segala macam makanan enak jangan lupa diluar sana masih banyak yang menjerit kelaparan, kita bisa memakai pakaian yang bagus jangan lupa masih banyak yang kedinginan, saat kita bisa tidur nyenyak kita harus selalu ingat masih banyak orang yang menjadikan bumi sebagai alas dan langit sebagai atap rumah.

Manusia hidup dimana-mana sama bahwa kemampuan manusia ada batasnya termasuk kemampuan untuk memberikan penghidupan kepada diri sendiri, sebagai contoh kemampuan perut kita pun ada batasnya, disaat kita kenyang maka kita pun enggan untuk makan lagi dan seribu satu macam makanan enak pun sudah tidak berarti kemudian makanan itu menjadi basi sehabis itu pun menjadi sampah. Intinya penuhilah kebutuhan kita secukupnya, jangan menyediakan sesuatu di luar keperluan kebutuhan itu sendiri. Bila kita lebih, tidak ada salahnya kita bagi dengan orang lain dan kita simpan karena satu saat kita pasti membutuhkannya.

Menjemput rejeki sebanyak-banyaknya memang perlu, namun hidup hemat juga perlu. Agar kelak kita dapat menggunakannya ketika kita sudah tidak mampu menjemput rejeki lagi sehingga kita tidak perlu menggantungkan hidup kepada orang lain.

Hidup secara berlebihan tidak sehat buat kesehatan, maka terlalu banyak dan enak tanpa peduli apa yang dimakan akan menimbulkan penyakit, kemana-mana jauh dekat selalu naik mobil mewah akan menyebabkan badan menjadi kaku, terlalu banyak tidur pun akan menyebabkan peredaran darah menjadi tidak lancar, sejatinya jangan sampai segala harta dan kekayaan akan membuat kita sulit baik jasmani maupun rohani.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.Ibrahim :7 )

1 komentar: